Memacu Infrastruktur Meningkatkan Denyut Perekonomian

Memacu Infrastruktur Meningkatkan Denyut Perekonomian

Perhatian Presiden Joko Widodo pada proyek infrastruktur memang sangat luar biasa. Pagi tadi (Senin, 7 November 2016) Kepala Negara untuk kesekian kalinya meninjau proyek infrastruktur jalan tol Becakayu (Bekasi – Cawang – Kampung Melayu) Seksi I dan memastikan, jalan tol sepanjang 8 km dari Jakasampurna Bekasi sampai Universitas Borobudur di daerah Jalan Kalimalang 1 Cipinang Melayu Jakarta Timur sudah bisa dioperasikan, Maret 2017.

Memacu Infrastruktur Meningkatkan Denyut Perekonomian

Selesainya pembangunan Becakayu ini, nantinya akan mengurangi beban jalan arteri Kalimalang – Cawang, khususnya dari Bekasi Barat ke Cawang. Jalur ini merupakan jalur utama non tol menuju Jakarta. Pada pagi hari pada jam kerja ribuan kendaraan roda dua dan empat memadati ruas ini. Demikian juga di petang hari saat jam pulang kantor.
Sementara ruas tol Cikampek (Bekasi Barat – Cawang) dan sebaliknya juga menyangga beban yang tak kalah beratnya, sehingga kerap terjadi kemacetan panjang.

Kepadatan dan kemacetan yang terjadi selama bertahun-tahun ini pasti menguras tenaga para pengguna kendaraan dan mengurangi produktivitas, waktu tempuh, dan pemborosan bahan bakar. Oleh karena itu selesainya jalan tol ini bersama moda transportasi kereta yang tengah dibangun di sisi sepanjang jalan tol dari Bekasi Timur ke Cawang bakal memberi solusi yang permanen mengurangi kepadatan lalu-lintas. Apalagi bila berbagai jalan tol dan kereta ini kemudian terkoneksi dengan moda angkutan lain, maka akan memberi banyak pilihan pada penggunan jalan menuju tempat yang dituju kea rah Jakarta.

Pada Jumat, 4 November 2016, Presiden juga meninjau kemajuan pembangunan jalur kereta dari kota (Stasiun Manggarai) menuju ke Bandara. “Saya kira akan tepat waktu selesainya sesuai yang saya sampaikan pada awal 2015 yang lalu. Selesai kira-kira bulan Juni atau Juli 2017,” terang Presiden.

Dengan beroperasinya kereta bandara yang menghubungkan Stasiun Manggarai dengan Bandara Soekarno-Hatta ini nantinya diharapkan dapat mengurangi kemacetan akibat tingginya mobilitas penduduk menuju bandara. Kereta bandara tersebut nantinya juga akan terhubung dengan moda people mover sehingga calon penumpang dapat dengan mudah menuju dari satu terminal ke terminal lainnya. “Nanti kurang lebih 30 persen arus dari kota menuju ke Bandara, dari Bandara menuju ke kota itu bisa diangkut oleh kereta bandara ini sehingga akan mengurangi kemacetan yang banyak nanti,” ungkap Presiden.

Proyek infrastruktur ini menyasar pada dua hal: menyelesaikan pembangunan yang terhenti pelaksanaannya dan tidak diteruskan (mangkrak) s/d 2014 dan melaksanakan pekerjaan baru memenuhi amanat Nawacita, khususnya membangun dari pinggiran (tertinggal, terdepan, terluar).

Khusus untuk jalan Provinsi Papua, pada tahun anggaran 2016 akan diselesaikan pembangunan 22,73 km jalan baru, 844,59 jalan tembus, dan 266,91 jalan belum tembus. Untuk Kalimantan (Barat, Timur, dan Utara), akan diselesaikan pembangunan jalan baru sepanjang 114,30 km, jalan tembus 1,454 km, dan belum tembus 445,80 km. Sedangkan untuk Nusa Tenggara Timur dibangun 15 km jalan baru, 63,19 km jalan tembus, dan 113 km jalan belum tembus.

Dari data Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat peringkat daya saing infrastruktur terus meningkat. Kalau pada 2014-2015 daya saing infrastruktur Indonesia ada di peringkat 72, maka periode 2015-2016 naik delapan peringkat ke posisi 64. Angka tersebut menunjukkan, pembangunan infrastruktur yang dilakukan pemerintah, terutama jalan memperoleh kemajuan yang berarti.

Pembangunan infrastruktur jalan dan rel memang terus dikerjakan, meski kondisi keuangan negara sedang mengalami tekanan. Selesainya jaringan jalan akan memperlancar perpindahan orang, barang, dan jasa yang merupakan urat nadi perekonomian suatu negara.


Source: http://www.presidenri.go.id/topik-aktual/memacu-infrastruktur-meningkatkan-denyut-perekonomian.html


Bagikan Artikel ini:
Facebook Twitter Blogger