Siapa Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama? Profil Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama!

Siapa Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama? Profil Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama!

Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), telah menggeluti dunia politik selama 12 tahun. Baginya berpolitik adalah perlawanan terhadap status quo yang korup untuk mewujudkan keadilan sosial. Dengan berpegang teguh kepada Konstitusi dan bukan tunduk pada konstituen, Ahok membuktikan prinsip pemerintahan yang BTP (Bersih, Transparan, dan Profesional) bisa diwujudkan di Indonesia.

Siapa Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama? Profil Ahok atau Basuki Tjahaja Purnama!

“Kamu tidak boleh pergi ke luar negeri, karena rakyat miskin membutuhkanmu,” kata seorang ayah kepada anaknya saat anaknya ingin pindah ke luar negeri karena frustrasi mengalami dan melihat perlakuan oknum-oknum penguasa yang tidak adil dan semena-mena. “Mana mungkin muka minyak babi seperti kita bisa dibutuhkan rakyat?” Tanya sang anak ragu karena merasa minoritas, Cina dan kafir. “Percayalah, suatu hari kelak rakyat akan langsung memilihmu untuk memperjuangkan nasib mereka,” jawab sang ayah meyakinkan anaknya. Anak itu bernama Basuki Tjahaja Purnama (Ahok).

Ayahnya adalah sosok yang paling mempengaruhinya. Saat Ahok masih bayi, sang ayah sampai pernah beradu mulut dengan ibunya karena memberikan beras kepada tetangga yang kelaparan, padahal keluarganya sendiri sedang kesulitan. Mendapat cerita itu, Ahok juga tidak habis pikir kenapa ayahnya melakukannya. Menanggapi anaknya, sang ayah menjawab,

“Jika kamu hendak menolong orang lain, jangan pernah berpikir untuk menunggu hingga kamu berkelimpahan harta terlebih dahulu. Karena semakin kekayaanmu bertambah, maka hatimu akan semakin melekat pada harta itu. Akibatnya, kamu akan selalu merasa kekurangan. Tapi jika kamu tetap membantu orang yang kesulitan, sekalipun kamu berada dalam posisi tidak terlalu baik tetapi cukup memiliki apa yang diperlukan orang lain, maka semakin kamu berkelimpahan. Kamu pun akan semakin senang membantu orang lain. Uang itu penting, tapi jangan kita dikendalikan uang. Biarlah uang itu menjadi budak kita.”

Saat libur kuliah sang ayah mewajibkan anak-anaknya kembali ke kampung halaman. Ahok mengaku sempat kesal karena sebenarnya ia ingin berlibur bersama teman-temannya. Namun ayahnya ingin menjaga hati anak-anaknya agar tetap merakyat dan tetap merasa menjadi bagian dari anak-anak kampung. Menurut ayahnya, jika bertahun-tahun menuntut ilmu tanpa pernah kembali ke kampung, maka hubungan emosional dengan kampung halaman akan lenyap. Ini akan menyebabkan hilangnya empati terhadap orang-orang di kampung yang tidak memiliki kehidupan seberuntung dirinya.

Bukan hanya mengajarkan kepedulian kepada orang, sang ayah juga mengajarkan kepada Ahok bagaimana bisa membantu orang banyak dengan menegakkan keadilan sosial, bukan memberikan bantuan sosial. “Jika kita punya 1 milyar, kita bagikan 500 ribu rupiah per orang, hanya akan bisa diberikan kepada dua ribu orang. Jika jadi pejabat, kamu bisa memberikan bantuan secara terus menerus kepada lebih banyak orang lagi. Jadi cara terbaik untuk membantu orang adalah dengan menjadi pejabat”. Kata-kata inilah yang melekat betul di hati Ahok dan menjadi alasan utama dia ketika mulai berpolitik.

Setelah menyelesaikan pendidikannya, Ahok memulai karir dengan membuka pabrik pasir yang menjadi kontraktor untuk perusahaan-perusahaan di Belitung Timur. Pabrik yang didirikan Ahok tergolong sukses, di mana Ahok mampu mendapatkan keuntungan dalam jumlah besar dan mampu menghidupi banyak pegawai.

Akan tetapi, usaha Ahok ini menemui permasalahan ketika berhadapan dengan pejabat yang korup saat itu. Pabriknya terancam ditutup jika ia menolak main mata dengan aparat. Ahok menolak menyuap pejabat tersebut dan bahkan hampir memukulnya, sehingga akhirnya pabrik miliknya benar-benar ditutup. Penutupan pabrik tersebut sempat membuat Ahok frustrasi dan menyerah, hingga Ahok sempat berpikir untuk pindah ke Kanada. Setelah kejadian ini berlalu, Ahok teringat pepatah yang pernah diceritakan ayahnya: “Orang miskin tidak bisa melawan orang kaya, dan orang kaya tidak bisa melawan pejabat”. Pesan ini diingat betul oleh Ahok bahwa jika Ahok ingin melawan ketidakadilan dan korupsi, Ahok harus berpolitik dan menjadi pejabat.

Ahok akhirnya memilih masuk politik  di tahun 2004. Ia maju menjadi calon legislatif tingkat kota di Belitung Timur meskipun ketika itu ditawari oleh satu partai besar untuk menjadi anggota DPR-RI. Ahok meyakini teori politik Abraham Lincoln, Presiden ke 16 Amerika Serikat, “Kalau anda mau menguji karakter seseorang, berikan orang itu kekuasaan”. Panggung yang terbaik dan termurah untuk menguji karakter seseorang adalah dengan menjadi anggota DPRD tingkat 2.


Untuk menjadi anggota DPRD, Ahok sejak awal memilih berkampanye dengan cara yang berbeda dari yang dilakukan caleg lainnya. Ahok menolak membagikan kaos dan uang, dan memilih membagikan kartu namanya kepada warga. Ahok percaya bahwa dirinya berpolitik untuk menjadi pelayan rakyat, sehingga ia tidak mau memberikan uang kepada warga, bahkan sebaliknya ia justru berpikir bahwa seharusnya rakyatlah yang seharusnya menyumbang. Cara ini juga Ahok gunakan untuk menyaring pendukungnya yang benar-benar loyal dan memilihnya, bukan sekedar pekerja politik yang mencari uang.

Selama menjabat sebagai anggota DPRD, Ahok menunjukkan karakternya yang bersih, transparan dan profesional (prinsip BTP) dengan menolak menerima suap dan membongkar uang perjalanan dinas fiktif. Ahok memilih untuk fokus terhadap pembangunan manusia, dengan analogi yang mudah diingat masyarakat, yaitu membuat otak, perut, dan dompet warga penuh. Pembagian kartu nama yang dilakukan sejak kampanye terus dilanjutkan, dan Ahok membuka dirinya terhadap pengaduan-pengaduan dari warga secara langsung dengan membalas pesan sendiri melalui telfon genggamnya.

Kedekatan dengan masyarakat, karakter Ahok yang bersih, dan keberaniannya membongkar permainan uang membuat masyarakat mendorongnya mendaftar sebagai Bupati Belitung Timur. Menjadi Bupati Belitung Timur hanya 18 bulan, Ahok menorehkan berbagai keberhasilan. Ia menjadi bupati pertama se-Indonesia yang mampu mewujudkan jaminan kesehatan universal melalui sistem asuransi yang tidan membebani APBD dan pendidikan gratis 12 tahun. Kinerjanya sebagai Bupati juga mendapat pengakuan di tingkat nasional, seperti oleh Majalah Tempo yang menobatkannya sebagai 1 dari 10 tokoh yang mengubah Indonesia pada tahun 2006. Ahok juga mendapat penghargaan sebagai Tokoh Anti Korupsi dari penyelenggara negara oleh Gerakan Tiga Pilar Kemitraan.




Informasi Seputar Konten Website Kami!

Kami hanya memberikan informasi dan tidak termasuk dalam hal kontak jasa atau bisnis yang berada dalam info situs kami, kecuali itu merupakan jasa dan bisnis kami sendiri. Layanan utama website atau situs kami adalah informasi, content placement, review dan periklanan. Jika Anda ingin mengetahui lebih lanjut tentang content placement, review dan periklanan bisa hubungi kami di 085729826010. Informasi detail seputar detail jasa dan bisnis, Anda mencari lebih detail melalui situs pencari Google.



Di tahun 2012, Ahok terpilih menjadi anggota DPR-RI dimana ia tetap konsisten menjalankan prinsip BTP dengan menjadi satu-satunya anggota DPR yang memberikan laporan reses yang lengkap di websitenya dan mengembalikan uang reses yang tersisa. Ahok juga menjadi anggota DPR yang vokal mengadvokasikan peraturan-peraturan anti korupsi seperti pembuktian terbalik bagi siapapun yang mau menjadi pejabat publik.

Source: https://ahokdjarot.id/profil/siapa-ahok


Bagikan Artikel ini:
Facebook Twitter Blogger